Jumat, 16 Agustus 2013


PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, PENGAWASAN DAN KOMUNIKASI TERHADAP KEPUASAN KERJA PEGAWAI

(Studi Kasus pada Kantor Radio Republik Indonesia Malang)

AGUS SUKOYO
Program Pascasarjana Magister Ilmu Administrasi

 TAHER ALHABSY
Ketua Komisi Pemimbing

ALI HANAFIAH
Anggota Komisi Pembimbing


SUMMARY

Employee satisfaction issues not raised like that. Job satisfaction among arise because of the leadership, supervision, communication, compensation, motivation and work environment that is less conducive in an organization. In this study was limited to the variables of leadership, supervision, and communication in accordance with the most frequently performed tasks everyday.
This study aims to: 1) describe transformational leadership, supervision, communication, and employee job satisfaction at RRI Malang; 2) analyze and explain the effect of transformational leadership variables, control, communications simultaneously on employee satisfaction RRI Malang; 3) analyze and explain variable effect of transformational leadership, supervision, communication partially on employee satisfaction RRI Malang
Method in this study uses a quantitative approach. With this type of research is the study description. Through this study, researchers wanted identifies the relationship or the effect of the studied variables and test the hypotheses that have been formulated
The results conclude: 1) based on the results of the descriptive statistical analysis of the transformational leadership (X1), supervision (X2) and communication (X3) note that all indicators of these variables are good and as expected, 2) based on the results of statistical analysis inferential test multiple linear regression can be seen that there is a simultaneous effect between transformational leadership (X1), supervision (X2) and communication (X3) with the value of contribution of 15.8% and the remaining 84.2% are influenced by variables other than the independent variable studied; 3) based on the results of inferential statistical analysis with multiple linear regression analysis, there is the influence of transformational leadership varaibel (X1), supervision (X2) and communication (X3) on employee job satisfaction (Y) partially. Regression coefficient transformational leadership variable (X1) is 0.158; varaibel supervision for (X2) is 0.092, and for the communication variables (X3) is equal to 0.173; 4) based on the results of inferential statistical analysis with multiple linear regression analysis, there is the influence of the simultaneously significantly between transformational leadership variable (X1), supervision (X2) and communication (X3) on employee job satisfaction (Y) with the value of the contribution of 15.8% and the remaining 84.2% are influenced by variables other than the independent variable that studied; 5) based on the results of inferential statistical analysis with multiple linear regression analysis, there is the influence of transformational leadership variable (X1), supervision (X2) and communication (X3) on employee job satisfaction (Y) partially. Koefiensi value regression for transformational leadership (X1) is equal to 0.019; supervision (X2) of 0.006, and communication (X3) is equal to 0.023.


PENDAHULUAN

Latar Belakang
Masalah kepuasan kerja pegawai ini berdasarkan hasil pengamatan di  lapangan diketahui bahwa kepuasan kerja pegawai Kantor RRI Malang masih perlu ditingkatkan. Hal ini karena masih terdapatnya pegawai yang merasa tidak puas terhadap tugas dan pekerjaannya yaitu masih adanya pegawai yang mangkir seperti kasus seorang pegawai yang dikeluarkan karena tidak masuk kerja selama tiga bulan berturut-turut tanpa izin. Masih adanya pegawai yang menggunakan prasarana dan sarana kerja dengan tidak hati-hati, seperti misalnya masih dijumpai kerusakan dan kotor pada dinding akustik studio, serta masih dijumpai kasus kehilangan peralatan kerja misalnya microphone, kaset dan kehilangan laptop. Adanya pegawai yang mengeluh terhadap pekerjaan yang dihadapi diungkapkan melalui jejaring sosial facebook dan berbagai indikator lainnya.
Masalah kepuasan kerja pegawai itu bukan timbul begitu saja atau timbul tanpa sebab. Kepuasan kerja itu timbul diantaranya karena adanya kepemimpinan, pengawasan, komunikasi, kompensasi, motivasi dan lingkungan kerja yang kurang kondusif di dalam suatu organisasi. Dalam penelitian ini hanya dibatasi pada variabel kepemimpinan, pengawasan, dan komunikasi sesuai dengan tugas yang paling sering dikerjakan sehari-hari. Dalam organisasi yang dipimpin dengan kepemimpinan yang tepat dengan peran aktif dilakuan baik oleh pimpinan maupun bawahan secara seimbang akan menimbulkan kepuasan bagi pegawai yang bersangkutan. Keputusan yang diperoleh dari pimpinan karena dapat menggunakan kesempatan ikut berperan aktif mendorong bawahan untuk berprestasi dalam bidang tugasnya. Sebaliknya dalam organisasi yang dipimpin dengan kepemimpinan yang tidak tepat melalui peran aktif hanya dilakukan oleh satu pihak saja maka akan menimbulkan ketidak seimbangan dan ketidak seimbangan yang timbul dalam suatu organisasi akan menimbulkan ketidak puasan (Sutarto, 2009:32).
Faktor lain yang mempengaruhi kepuasan kerja pegawai adalah pengawasan dan komunikasi. Pengawasan adalah penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Hal ini bisa positif maupun negatif adalah mencoba untuk menjamin bahwa kegiatan yang tidak diinginkan atau dibutuhkan tidak terjadi atau terjadi kembali (Handoko, 2004:26).
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi dan pemberian pengertian dari seseorang kepada orang lain (Davis, dalam Taufik, 2002:77). Komunikasi terdiri dari komunikasi satu sarah dan dua arah. Komunikasi satu arah terjadi jika berlangsung secara cepat dan efisien dan bersifat top down sedangkan komunikasi dua arah jika semua perintah dapat dierima dan didistribusikan terlebih dahulu (Anorogo, 2000:12). Dengan adanya proses komunikasi ini maka ada proses memberikan informasi-informasi dari atasan kepada bawahan. Dengan demikian maka para bawahan akan mengetahui apa yang harus dikerjakannya dalam hubungan kerja sama untuk mencapai tujuan organisasi.

Perumusan Masalah
1.       Bagaimanakah deskripsi kepemimpinan transformasional, pengawasan, komunikasi, dan kepuasan kerja pada pegawai RRI Malang ?
2.       Apakah variabel kepemimpinan transforma-sional, pengawasan, komunikasi secara simultan berpengaruh secara spesifik terhadap kepuasan kerja pegawai RRI Malang ?
3.       Apakah variabel kepemimpinan transforma-sional, pengawasan, komunikasi secara parsial berpengaruh terhadap kepuasan kerja pegawai RRI Malang ?


Tujuan Penelitian
1.         Mendeskripsikan kepemimpinan transforma-sional, pengawasan, komunikasi, dan kepuasan kerja pada pegawai RRI Malang.
2.         Untuk menganalisis dan menjelaskan pengaruh variabel kepemimpinan transformasional, pengawasan, komunikasi secara simultan terhadap kepuasan kerja pegawai RRI Malang;
3.         Untuk menganalisis dan menjelaskan pengaruh variabel kepemimpinan transformasional, pengawasan, komunikasi secara parsial terhadap kepuasan kerja pegawai RRI Malang

Manfaat Penelitian
1.     Manfaat bersifat teoritis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi teoritikal untuk keperluan pengembangan teori-teori baru yang mungkin ditemukan dalam riset sejenis, maupun dalam rangka theory building.
2.     Manfaat bersifat praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan  dalam menetapkan kebijakan yang berhubungan dengan kepemimpinan transformasional, pengawasan, komunikasi dan kepuasan pegawai di RRI Malang


TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Kepemimpinan Transformasional
Pengertian Kepemimpinan Transforma-sional menurut beberapa ahli diantaranya:
1.       Burns dalam Yukl (1998:130) kepemimpinan transformasional diartikan sebagai: “transformational leadership as a process where leader and followers engage in a mutual process of raising one another to higher levels of morality and motivation”. Kepemimpinan transformasional menurut Burns merupakan suatu proses dimana pemimpin dan pengikutnya bersama-sama saling meningkatkan dan mengembangkan moralitas dan motivasinya.
2.       Jack Welah dikutip Harsiwi (2003) menyimpulkan bahwa kepemimpinan transformasional adalah “kepemimpinan yang dimiliki oleh manajer atau pemimpin dimana kemampuannya bersifat tidak umum dan diterjemahkan melalui kemampuan untuk merealisasikan misi, mendorong para anggota untuk melakukan pembelajaran, serta mampu memberikan inspirasi kepada bawahan mengenai berbagai hal yang perlu diketahui dan dikerjakan” .
3.       Locke mengatakan bahwa kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan yang dipertentangkan dengan kepemimpinan yang memelihara status quo. Kepemimpinan transformasional inilah yang sungguh-sungguh diartikan sebagai kepemimpinan yang sejati karena kepemimpinan ini sungguh bekerja menuju sasaran pada tindakan mengarahkan organisasi kepada suatu tujuan yang tidak pernah diraih sebelumnya. Para pemimpin secara riil harus mampu mengarahkan organisasi menuju arah baru (Yukl:1998:157).

Dasar Kepemimpinan Transformasional
Bass dan Aviola (1994, dalam Komariah, 2005:79), mengusulkan empat dimensi dalam dasar kepemimpinan transformasional dengan konsep “41” yang artinya :
1.       Idealiced Influence (Pengaruh Idealisme)
Yang dijelaskan sebagai perilaku yang menghasilkan rasa hormat dan rasa percaya diri dari orang yang dipimpinnya. Idealiced influence mengandung makna saling berbagi resiko melalui pertimbangan kebutuhan karyawan di atas kebutuhan pribadi dan perilaku moral secara etis. Idealiced influence melalui model-model aturan bagi karyawannya yang mana karyawan mengidentifikasi dan ingin melakukan melebihi model tersebut. Pemimpin menunjukkan standard tinggi dari tingkah laku moral dan etika, serta menggunakan kemampuan untuk menggerakkan individu maupun kelompok terhadap pencapaian misi mereka dan bukan untuk nilai perorangan. Pemimpin memberi wawasan serta kesadaran akan misi, membangkitkan kebanggaan, serta menumbuhkan sikap hormat dan kepercayaan, memberikan visi, dari karyawannya. Idealiced influence muncul dari perubahan situasi yang cepat, kritis dan tekanan .
Adapun item-itemnya, antara lain :
·         Perasaan bangga oleh karyawan
·         Pemimpin merupakan simbol kesuksesan bagi karyawan
·         Menjelaskan visi dan misi
2.       Inspirational Motivation (Inspirasi yang memotivasi)
Tercermin dalam perilaku yang senantiasa menyediakan tantangan bagi pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan dan memberikan makna pekerjaan bagi mereka. Pemimpin adalah seorang motivator yang bersemangat untuk terus membangkitkan antusiasme dan optimism karyawan. Inspirational motivation berarti pemimpin memberikana rti dan tantangan bagi karyawan dengan maksud menaikkan semangat dan harapan, menyebarkan visi, komitmen pada tujuan serta dukungan tim. Kepemimpinan transformasional secara jelas mengkomunikasikan harapan-harapan, yang diinginkan karyawan tercapai, membangkitkan kualitas emosi, perasaan bersemangat, mendorong instuisi, menumbuhkan ekspetasi yang tinggi melalui pemanfaatan simbol-simbol untuk memfokuskan usaha dan mengkomunikasikan tujuan-tujuan penting dengan cara yang sederhana.
Adapun item-itemnya, antara lain :
·         Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk berprestasi
·         Memberikan dorongan kepada karyawan untuk sukses
3.       Intelectual Stimulation (Stimulus Intelektual)
Yaitu pemimpin yang mempraktekkan inovasi-inovasi. Sikap dan perilaku kepemimpinan didasarkan pada ilmu pengetahuan yang secara intelektual ia mampu menerjemahkan dalam bentuk kinerja yang produktif. Sebagai seseorang yang memiliki intelektual, pemimpin senantiasa menggali ide-ide baru dan solusi yang kreatif dari karyawan dan tidak lupa selalu mendorong mereka untuk mempelajari dan mempraktekkan pendekatan baru dalam melakukan pekerjaan. Dengan demikian pemimpin transformasional menciptakan rangsangan dan berpikir inovatif bagi karyawan melalui asumsi-asumsi pertanyaan, merancang kembali masalah, menggunakan pendekatan pada situasi lampau melalui cara yang baru. Simulasi intelektual, artinya menghargai kecerdasaran, rasionalitas dan pemecahan masalah secara hati-hati.
Adapun item-itemnya, antara lain :
·         Mendorong inovasi dan kreativitas karyawan dalam bekerja;
·         Memberikan kesempatan karyawan untuk memecahkan masalah;
·         Pemberian kesempatan belajar pada karyawan.
4.       Individualized consideration (Perhatian individual)
Pemimpin merefleksikan dirinya sebagai seseorang yang penuh perhatian dalam mendengarkan dan menindaklanjuti keluhan, ide, harapan-harapan dan segala masukan yang diberika karyawan, pemimpin memberikan pelayanan sebagai motor, memeriksa kebutuhan karyawan untuk perkembangan dan peningkatan keberhasilan, mengekspresikan penghargaan pekerjaan untuk pekerjaan yang dilakukan dengan baik, mengkritik kelemahan karyawan secara kondusif, menggunakan bakat khususnya karyawan dan memberikan kesempatan belajar.
Adapun item-itemnya, antara lain :
·         Memberikan perhatian kepada karyawan
·         Memberikan penghargaan kepada karyawan
·         Memberikan arahan dan bimbingan kepada karyawan
Menurut Bass dalam Harsiwi (2003:54) beranggapan bahwa untuk kerja kepemimpinan yang lebih baik terjadi bila para pemimpin dapat menjalankan salah satu atau kombinasi dari empat cara tersebut yaitu idealiced influence, inspirational motivation, intellectual stimulation, dan individualized consideration. Pemimpin yang seperti ini akan dianggap oleh rekan-rekan atau karyawan mereka sebagai pemimpin yang efektif dan memuaskan.

Pengawasan
Secara umum pengawasan dapat diartikan sebagai perbuatan untuk melihat dan memonitor terhadap orang agar sesuai dengan kehendak yang telah ditentukan sebelumnya.
Menurut Manullang (2002:173), pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan mengoreksi bila perlu dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana-rencana, sedangkan menurut Herujito (2001:242) pengawasan adalah mengamati dan mengalokasikan dengan tepat penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.
Henry Fayol, sebagaimana dikutip oleh Harahap (2001:10) mengatakan bahwa pengawasan mencakup upaya memeriksa apakah semua terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan, perintah yang dikeluarkan dan prinsip yang dianut juga dimaksudkan untuk rnengetahui kelemahan dan kesalahan agar dapat dihindari kejadiannya dikemudian hari.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengawasan merupakan suatu usaha untuk mengetahui apalah suatu tugas dan pekerjaan yang dilakukan karyawan tersebut telah dilakukan ketentuan yang telah ditetapkan.
Kadarman (2001:159) pengawasan adalah upaya yang sistematis untuk menetapkan kinerja standar pada rencana untuk merancang sistem umpan balik informasi untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu penyimpangan dan mengukur signifikasi penyimpangan tersebut, serta untuk mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya yang telah digunakan seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan organisasi. Jadi dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan, pengawasan sangat dibutuhkan. Dengan adanya pengawasan yang baik diharapkan rencana atau tujuan yang telah ditetapkan akan dapat terjadi dengan efektif dan efisien.
Selanjutnya Handoko (2003:369) mengatakan bahwa pengawasan adalah proses untuk menjamin bahwa tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Pengawasan merupakan elemen tugas-tugas manajerial dan mencakup tindakan pengukuran dan perbaikan (korelasi) performa pihak yang diawasi guna memastikan bahwa sasaran-sasaran, instruksi yang dikeluarkan dilaksanakan secara efisien dan berjalan lancar.
Sebagai pendukung terhadap defenisi diatas maka Manullang (2002:173), menegaskan bahwa pengawasan diartikan sebagai suatu proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan bila perlu mengoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana.
Dari keseluruhan pendapat diatas dapat dikatakan bahwa pada dasarnya pengawasan merupakan kegiatan yang dapat dilakukan setiap saat. Kegiatan pengawasan dimaksudkan untuk mencegah atau memperbaiki kesalahan, penyimpangan, ketidaksesuaian, penyelewengan dan lainnya yang tidak sesuai dengan tugas dan wewenang yang telah ditentukan, jadi maksud pengawasan bukan mencari kesalahan tetapi mencari kebenaran terhadap hasil pelaksanaan pekerjaannya.

Komunikasi
Organisasi tidak mungkin tanpa komunikasi. Apabila tidak ada komunikasi, para pegawai tidak dapat menerima masukan informasi, dan para penyelia tidak memberikan instruksi.  Komunikasi adalah penyampaian (transfer) informasi dan pengertian dari satu orang kepada orang lain dan komunikasi juga merupakan cara untuk menyampaikan gagasan, fakta, pikiran, perasaan dan nilai kepada orang lain (Davis & Newstrom, 1995:87).
Beberapa hal yang penting dalam komunikasi adalah adanya keterlibatan antara dua orang atau lebih yaitu pengirim (sender) dan penerima (receiver).  Dalam proses ini mengharuskan adanya enam langkah apakah kedua belah pihak berbicara, menggunakan isyarat tangan, atau menggunakan sarana komunikasi tertentu lainnya. Adapun keenam langkah dalam komunikasi menurut Davis & Newstrom (1995:87-88) adalah sebagai berikut :

1.       Mengembangkan gagasan

Langkah 1 adalah mengembangkan gagasan yang ingin disampaikan pengirim. Ini merupakan langkah yang penting karena apabila tidak ada pesan yang berharga, semua langkah lain sedikit banyak akan sia-sia. Langkah ini diwakili oleh tanda (sign) yang ada kalanya terlihat dalam kantor atau pada dinding pabrik terbaca "pikir dulu sebelum berbicara”

2.       Penyandian (encode)

Langkah kedua adalah menyandikan gagasan menjadi kata-kata, bagan, simbol lain yang pantas untuk disampaikan. Disini pengirim menentukan cara penyampaian agar kata-kata dan simbol dapat dengan baik sesuai dengan jenis penyampaian. Sebagai contoh, percakapan tatap muka biasanya tidak ditatap dengan cara yang sama seperti memorandum.

3.       Penyampaian

Apabila pesan telah tersusun, langkah 3 adalah menyampaikan dengan cara yang dipilih, seperti melalui memo, telepon atau kunjungan pribadi.

4.       Penerimaan

Penyampaian memungkinkan orang lain menerima pesan, yang merupakan langkah 4. Dalam langkah ini inisiatif beralih ke penerima, yang berusaha menerima pesan itu.

5.       Pengolahan sandi (decode)

Langkah 5 adalah pengolahan sandi agar pesan yang disampaikan dapat dipahami. Pengirim ingin agar penerima memahami pesan yang disampaikan persis seperti yang dimaksudkannya.

6.       Penggunaan

Langkah terakhir dalam proses komunikasi adalah penggunaan pesan yang disampaikan oleh penerima. Penerima mungkin mengabaikannya, melaksanakan tugas yang ditetapkan, menyimpan informasi yang diberikan, atau melakukan hal-hal lain.
Proses komunikasi memungkinkan pimpinan untuk melaksanakan tugas-tugas mereka. Informasi harus dikomunikasikan kepada para manajer mempunyai dasar perencanaan, rencana-rencana harus dikomunikasi kepada pihak lain agar dilaksanakan. Pengorganisasian memerlukan komunikasi dengan bawahan tentang penugasan jabatan mereka. Pengarahan mengharuskan manajer untuk berkomunikasi dengan bawahannya agar tujuan kelompok dapat dicapai. Komunikasi tertulis dan lisan adalah bagian esensi pengawasan. Jadi manajer dapat melaksanakan fungsi-fungsi manajemen mereka hanya melalui interaksi dan komunikasi dengan pihak lain. (Handoko, 2007:44).

Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja mempunyai banyak dimensi, secara umum tahap yang diamati adalah kepuasan dalam pekerjaan itu sendiri, gaji, pengakuan hubungan antar supervisor dengan tenaga kerja, dan kesempatan untuk maju. Setiap dimensi menghasilkan perasaan puas secara keseluruhan dengan pekerjaan itu sendiri, namum juga mempunyai difinisi yang berbeda bagi orang lain. (Matis dan Jackson,  2001:54).
Menurut Handoko (2004:29) kepuasan kerja (job satisfaction) adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para pegawai memandang pekerjaan mereka.  Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. ini nampak dalam sikap  positif pegawai terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi dilingkungan pegawai.
Kepuasan kerja merupakan sikap positif terhadap pekerjaan pada diri seseorang. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual. Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Biasanya orang akan merasa puas atas kerja yang telah atau sedang dijalankan, apabila apa yang dikerjakan dianggap telah memenuhi harapan, sesuai dengan tujuannya bekerja. Apabila seseoarang mendambakan sesuatu, berarti yang bersangkutan memiliki suatu harapan dan dengan demikian akan termotivasi untuk melakukan tindakan kearah pencapaian harapan tersebut. Jika harapan tersebut terpenuhi, maka akan dirasakan kepuasan. Kepuasan kerja menunjukkan kesesuaian antara harapan seseorang yang timbul dan imbalan yang disediakan pekerjaan, sehingga kepuasan kerja juga berkaitan erat dengan teori keadilan, perjanjian psikologis dan motivasi.
Lebih lanjut Robbins (2006:13) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai suatu sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya dimana dalam pekerjaan tersebut seseorang dituntut untuk berinteraksi dengan rekan sekerja dan atasan, mengikuti aturan dan kebijaksanaan organisasi, memenuhi standar kinerja.
Robbins (2006:15) menyatakan bahwa orang dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh dua faktor yang merupakan kebutuhan, yaitu :

1.       Maintenance Factors
Maintenance factors adalah faktor-faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin memperoleh ketentraman badaniah. Kebutuhan kesehatan ini menurut Herzberg merupakan kebutuhan yang berlangsung terus menerus, karena kebutuhan ini akan kembali pada titik nol setelah dipenuhi. Faktor-faktor pemeliharaan ini meliputi faktor-faktor :
a.       Gaji atau upah (Wages or Salaries)
b.       Kondisi kerja (Working Condition)
c.        Kebijaksanaan dan Administrasi perusahaan (Company Policy and Administration)
d.       Hubungan antar pribadi (Interpersonal Relation)
e.        Kualitas supervisi (Quality Supervisor)
Hilangnya faktor-faktor pemeliharaan ini dapat menyebabkan timbulnya ketidakpuasan dan absennya karyawan, bahkan dapat menyebabkan banyak karyawan yang keluar.
Faktor-faktor pemeliharaan ini perlu mendapat perhatian yang wajar dari pimpinan, agar kepuasan dan gairah bekerja bawahan dapat ditingkatkan. Maintenance factors ini bukanlah merupakan motivasi bagi karyawan, tetapi merupakan keharusan yang harus diberikan oleh pimpinan kepada mereka, demi kesehatan dan kepuasan bawahan.

2.       Motivation Factors
Motivation factors adalah faktor motivator yang menyangkut kebutuhan psikologis seseorang yaitu perasaan sempurna dalam melakukan pekerjaan. Faktor motivasi ini berhubungan dengan penghargaan terhadap pribadi yang secara langsung berkaitan dengan pekerjaan. Faktor motivasi ini meliputi :
a.       Prestasi (Achievement)
b.       Pengakuan (Recognition)
c.        Pekerjaan itu sendiri (The work it self)
d.       Tanggung jawab (Responsibility)
e.        Pengembangan Potensi individu (Advancement)
f.        Kemungkinan berkembang (The possibility of growth)
Teori ini timbul paham bahwa dalam perencanaan pekerjaan harus diusahakan sedemikian rupa, agar kedua faktor ini (faktor pemeliharaan dan faktor motivasi) dapat dipenuhi. Banyak kenyataan yang dapat dilihat misalnya dalam suatu perusahaan, kebutuhan kesehatan mendapat perhatian yang lebih banyak daripada pemenuhan kebutuhan individu secara keseluruhan. Hal ini dapat dipahami, karena kebutuhan ini mempunyai pengaruh yang dominan terhadap kelangsungan hidup individu. Kebutuhan peningkatan prestasi dan pengakuan ada kalanya dapat dipenuhi dengan memberikan bawahan suatu tugas yang menarik untuk dikerjakan. Ini adalah suatu tantangan bagaimana suatu pekerjaan direncanakan sedemikian rupa, sehingga dapat menstimulasi dan menantang si pekerja serta menyediakan kesempatan baginya untuk maju.
Ada tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam memotivasi bawahan yaitu :
a.       Hal-hal yang mendorong karyawan adalah “pekerjaan yang menantang yang mencakup perasaan untuk berprestasi, bertanggung jawab, kemajuan dapat menikmati pekerjaan itu sendiri dan adanya pengakuan atas semuanya itu.
b.       Hal-hal yang mengecewakan karyawan adalah terutama faktor yang bersifat semu / pura-pura saja pada pekerjaan, peraturan pekerjaan, penerangan, istirahat, sebutan jabatan, hak, gaji, tunjangan dan lain - lainnya.
Karyawan kecewa, jika peluang untuk berprestasi terbatas. Mereka akan menjadi sensitif pada lingkungannya serta mulai mencari-cari kesalahan.


KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

Kerangka Fikir
Kerangka konseptual merupakan penjelasan secara teoritis pertautan antara variabel yang akan diteliti (Sugiyono, 2006:54). Kerangka konseptual bertujuan untuk mengemukakan secara umum mengenai objek penelitian yang dilakukan dalam kerangka dari variabel yang akan diteliti.
Kepemimpinan merupakan suatu proses yang mempengaruhi perilaku orang lain atau pengikut untuk melakukan aktivitas-aktivitas dan memotivasi bawahan untuk bekerja sama sehingga sasaran-sasaran yang telah ditetapkan kelompok atau organisasi dapat tercapai (Thoha, 2003:19). Hasibuan (2005:28) menyatakan bahwa seorang pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, membimbing dan menuntun.
Pengawasan menurut Manullang (2002:173) adalah suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan mengoreksi bila perlu dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana-rencana.
Komunikasi menurut Davis & Newstrom (1995:87) adalah penyampaian (transfer) informasi dan pengertian dari satu orang kepada orang lain dan komunikasi juga merupakan cara untuk menyampaikan gagasan, fakta, pikiran, perasaan dan nilai kepada orang lain.
Pengertian kepuasan kerja diungkapkan oleh Hasibuan (2005:73) sebagai hasil persepsi para pegawai tentang seberapa baik pekerjaan seseorang dalam memberikan segala sesuatu yang dipandang sebagai sesuatu yang penting melalui hasil kerjanya. Kepuasan kerja karyawan dipengaruhi beberapa faktor seperti sikap kepemimpinan dalam memimpin, pengawasan, jenis pekerjaan, komunikasi, suasana dan lingkungan kerja, dan faktor motivasi yang diterima oleh karyawan (Hasibuan, 2005:73). Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapat dibuat secara skematis kerangka konseptual penelitian sebagai berikut :
 















Gambar 1 : Kerangka Konseptual

Model Hipotesis
Dengan melihat dan mempertimbangkan teori kepemimpinan, pengawasan, komunikasi sebagaimana dikemukakan sebelumnya, maka penulis dalam penelitian ini mempunyai model hipotesis sebagai berikut :




 

















Gambar 2 : Model Hipotes


Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah peneltian (Sugiyono, 2006:15). Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1.       Diduga terdapat pengaruh yang signifikan variabel kepemimpinan transformasional, pengawasan, komunikasi, secara simultan terhadap kepuasan kerja pegawai RRI Malang;
2.       Diduga terdapat pengaruh yang signifikan variabel kepemimpinan transformasional, pengawasan, komunikasi, secara parsial terhadap kepuasan kerja pegawai RRI Malang;
3.       Perumusan masalah no. 1 karena sifatnya eksploratif, tidak dihipotesiskan.




METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian
Berdasarkan obyek dan tujuan penelitian yang ditetapkan, jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research (penelitian penjelasan). Melalui penelitian ini peneliti ingin menjelasakan hubungan atau pengaruh dari variabel-variabel yang diteliti dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Alasan digunakannya jenis penelitian esplanatori ini adalah terdapatnya hipotesis yang akan diuji kebenarannya atau untuk mengatahui apakah suatu variabel disebabkan atau dipengaruhi oleh variabel lainnya. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketaui bahwa dalam penelitian ini akan diketahui pengaruh yang signifikan antara variabel yang akan di teliti di RRI Malang.

Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor RRI Malang Jl. Candi Panggung 58 Malang. RRI Malang merupakan Lembaga Penyiaran Publik yang bertugas melayani kebutuhan hiburan dan informasi kepada masyarakat. Alasan dipilihnya RRI Malang sebagai lokasi penelitian adalah sebagai berikut:
1.         RRI Malang merupakan salah satu Lembaga Penyiaran Publik, aktivitas managament antara pimpinan dan pegawai dibutuhkan pengawasan dan komunikasi untuk kelancaran aktifitas lembaga melayani kebutuhan hiburan dan informasi kepada masyarakat.
2.         Dipilihnya RRI Malang  sebagai lokasi penelitian dikarenakan mudah dalam pengambilan data penelitian dalam proses peneltian mengenai pengaruh kepemimpinan, pengawasan, dan komunikasi terhadap kepuasan kerja pegawai di RRI Malang.

Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayan generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2009:80). Jumlah seluruh pegawai RRI Malang pada tahun 2012  adalah sebanyak 119 orang, terdiri atas Pegawai Negeri Sipil (PNS) 73 orang dan Pegawai Bukan Pegawai Negeri Sipil (PBPNS) sebanyak 46 orang. Pada penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh pegawai RRI Malang yang berlokasi di Jl. Candi Panggung 58 Malang. Adapun kelompok populasi di RRI Malang adalah sebagai berikut :


Tabel : Kelompok Populasi pada RRI Malang 
No.
Kelompok
Jumlah
Prosentase
1.
Pegawai Negeri Sipil (PNS)
73
61,34%
2.
Pegawai Bukan Pegawai Negeri Sipil (PBPNS)
46
38,66%
Jumlah
119
100,00%
Sumber : Data Diolah (2012)

Dari besarnya sampel tersebut dapatlah dikompokkan dan diprosentasekan sebagai berikut:

Tabel : Kelompok Sampel pada RRI Malang 
No.
Kelompok
Jumlah
Prosentase
1.
Pegawai Negeri Sipil (PNS)
34
61,34%
2.
Pegawai Bukan Pegawai Negeri Sipil (PBPNS)
21
38,66%
Jumlah
55
100,00%
Sumber : Data Diolah (2012)


Uji Validitas
Singarimbun dan Effendi (2004) menyatakan bahwa instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan, dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti, atau dengan kata lain validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur itu dapat mengukur apa yang ingin diukur dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk mengukur validitas dapat dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor variabelnya, dengan formula Pearson product moment, yang dirumuskan sebagai berikut :



r


Keterangan :
r        =    koefisien korelasi
X      =    skor jawaban setiap item
Y      =    skor total variabel
N      =    jumlah sampel
Taraf signifikan yang dipakai untuk mengukur tingkat validitas ini adalah sebesar 5 %, kemudian hasil korelasi dibandingkan dengan angka kritik pada tabel.
-          Apabila r ≥ 0,3 maka data yang dihasilkan dari pernyataan tersebut valid
-          Apabila r ≤ 0,3 maka data yang dihasilkan dari pernyataan tersebut tidak valid

Uji Reliabilitas
Merupakan alat untuk menguji sejauhmana suatu alat ukur dapat dipercaya jika ada konsistensi setelah dilakukan pengukuran beberapa kali pada obyek dan alat ukur yang sama dan waktu yang berbeda (Arikunto, 2008:109). Menggunakan teknik alpha cronbach, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : 

Keterangan :
r1         =    reliabilitas instrumen
k          =    banyaknya item
     =    jumlah varians item
         =    varians total
Instrumen dapat dikatakan reliabel apabila memenuhi koefisien alpa (α) ≥ 0,6 atau lebih sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut ini :

Tabel : Interpretasi Nilai Koefisien Reliabilitas (r)
Besar Nilai R
Interpretasi
Antara 0,800 sampai dengan 1,000
Antara 0,600 sampai dengan 0,800
Antara 0,400 sampai dengan 0,600
Antara 0,200 sampai dengan 0,400
Antara 0,000 sampai dengan 0,200
Tinggi

Cukup

Agak Rendah

Rendah

Sangat Rendah
Sumber : Arikunto (2008:109)

Pengukuran Validitas dan Reliabilitas
Kriteria pengujian reliabilitas menurut Ebel et. al dalam Huda (2008:35) adalah bahwa reliabilitas suatu instrumen dapat diterima atau tidaknya adalah dengan melihat jumlah butir atau kategori yang diperlukan. Apabila jumlah butir yang digunakan sebanyak 5 item, maka butir tersebut dapat dikatakan reliabel jika standardized item alpha lebih besar atau sama dengan 0,20. Apabila jumlah butir sama dengan 10, maka koefisien alpha yang telah distandarisasi harus lebih besar atau sama dengan 0,33. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel hubungan jumlah butir dengan reliabilitas instrumen sebagai berikut:
Tabel : Hubungan Jumlah Butir dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Besar Nilai R
Interpretasi
5
10
20
40
80
160
320
640
0,20
0,33
0,50
0,67
0,80
0,89
0,94
0,97
Sumber : Ebet et.al. dalam Hadi (2008:35).
Penyelesaian pengujian validitas dan reliabilitas menggunakan program SPSS for Windows versi 15.

Pengujian Validitas dan Reliabilitas Penelitian
Guna mengungkapkan aspek-aspek atau variabel-variabel yang diteliti, diperlukan alat ukur yang reliabel dan valid agar kesimpulan penelitian tidak menyimpang dan tidak memberikan gambaran yang jauh berbeda dari keadaan yang sebenarnya. Suatu instrumen dalam penelitian ini dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang ingin diukur dan dapat mengungkapkan data dari variabel-variabel yang diteliti secara tepat. Hasil penelitian dikatakan valid apabila terdapat kesamaana ntara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Ketentuan suatu instrumen dinyatakan valid apabila koefisien korelasinya minimal > 0,30 dengan alpha 0,05. Penyelesaian pengujian validitas menggunakan program SPSS for Windows versi 15.

Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden berupa jawaban atas angket yang disebarkan dan wawancara yang dilakukan, yang selanjutnya harus diolah kembali menjadi data yang valid. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi data tanggapan responden terhadap kualitas pelayanan pada Kantor RRI Malang. Data sekunder terdiri dari kebijakan pimpinan dan data jumlah pegawai RRI Kota Malang.

Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan daftar pertanyaan dan wawancara langsung dengan responden. Adapun beberapa teknik yang akan digunakan adalah sebagai berikut : 1) teknik kuesioner dan angket; 2) interview; 3) dokumentasi

Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, analisis data dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu :
1.       Teknik analisis statistik deskriptif
Teknik analisis deskriptif adalah teknik analisis yang digunakan untuk menggambarkan karakteristik masing-masing variabel penelitian. Teknik analisis deskriptif dipakai untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel, seperti persentase, nilai mean, dan rerata masing-masing variabel.
2.       Teknik analisis statistik inferensial
Teknik analisis statistik inferensial digunakan untuk menguji pengaruh antara variabel penelitian. Penghitungan dalam analisis data dilakukan dengan bantuan komputer menggunakan program aplikasi SPSS for Windows versi 15.


HASIL PENELITIAN

Deskripsi Pengaruh Kepemimpinan Transfor-masional, Pengawasan dan Komunikasi Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai
Dengan memperhatikan hasil penelitian sebagaimana yang telah dipaparkan pada Sub Bab sebelumnya, maka deskripsi kepemimpinan transformasional, pengawasan dan komunikasi dapatlah diuraikan dan dirinci sebagai berikut :
1.       Deskripsi variabel kepemimpinan transformasional (X1)
Berdasarkan analisis deskriptif variabel kepemimpinan transformasional, rata-rata jawaban responden berada pada daerah sangat positif, yaitu sebesar 4,17. Jadi pengaruh idealisme, inspirasi yang memotivasi, stimulus intelektual, perhatian individu,  yang ada selama ini sudah baik dan mempengaruhi kepuasan kerja pegawai di lingkungan Kantor RRI Malang;
2.       Deskripsi variabel pengawasan (X2)
Berdasarkan analisis deskriptif variabel reliability (X2), rata-rata jawaban responden berada pada daerah sangat positif, yaitu sebesar 3,96. Jadi jalannya pekerjaan, memperbaiki jika ada kesalahan, perbandingan hasil pekerjaan, kesesuaian prosedur dan kebijakan, pengembangan gagasan yang ada selama ini sudah baik dan mempengaruhi kepuasan kerja pegawai di lingkungan Kantor RRI Malang;
3.       Deskripsi variabel komunikasi (X3)
Berdasarkan analisis deskriptif variabel komunikasi (X3), rata-rata jawaban responden berada pada daerah sangat positif, yaitu sebesar 3,90. Jadi dalam proses komunikasi seperti penyandian, penyampaian dan penerimaan yang ada selama ini sudah baik dan mempengaruhi kepuasan publik di lingkungan Kantor RRI Malang;
4.       Deskripsi variabel kepuasan kerja pegawai (Y)
Berdasarkan analisis deskriptif variabel kepuasan kerja pegawai (Y), rata-rata jawaban responden berada pada daerah sangat positif, yaitu sebesar 4,01. Jadi dalam tantangan pekerjaan, imbalan yang adil, promosi yang ada selama ini sudah baik dan mempengaruhi kepuasan publik di lingkungan Kantor RRI Malang;

Pengaruh Variabel Kepemimpinan Transformasional (X1),  Pengawasan (X2), Komunikasi (X3) Secara Simultan Terhadap Variabel Kepuasan Kerja Pegawai (Y)
Berdasarkan hasil analisis statistik inferensial dengan analisis regresi linear berganda, terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara kepemimpinan transformasional, pengawasan, komunikasi terhadap kepuasan kerja pegawai. Jadi hopotesis penelitian sudah teruji. Hal ini dapat diketahui dengan meliaht signifikansi F yang lebih besar dari 0,05, yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima.
Nilai Adjusted R Square sebesar 0,158 yang berarti bahwa kontribusi variabel kepemimpinan transformasional, pengawasan dan komunikasi terhadap kepuasan kerja pegawai adalah sebesar 15,8% dan sisanya 84,2% dipengaruhi oleh variabel lain di luar varaibel bebas yang diteliti. Kontribusi ketiga variabel bebas tersebut sangat besar terhadap kepuasan kerja pegawai di Kantor RRI Malang. Jika ketiga variabel tersebut ditingkatkan dan ditambah dengan variabel lain yang relevan, maka akan semakin meningkatkan kepuasan kerja pegawai.

Pengaruh Variabel Kepemimpinan Transformasional (X1),  Pengawasan (X2), Komunikasi (X3) Secara Parsial Terhadap Variabel Kepuasan Kerja Pegawai (Y)
Berdasarkan hasil pengujian regresi linear berganda untuk mengetahui variabel kepemimpinan transformasional, pengawasan, komunikasi secara parsial, diperoleh nilai signifikansi masing-masing variabel sebesar 0,000 untuk X1; 0,000 untuk X2; 0,000 untuk X3; 0,000. Sehingga sig (p) < 0,05. Jadi keputusan terhadap hipotesis tersebut adalah H0 ditolak dan H1 diterima.
1.       Untuk variabel kepemipinan transformasional (X1)
Nilai koefisien regresi (b) untuk variabel kepemimpinan transformasional 0,158 dan bertanda positif, hal ini berarti bahwa setiap penambahan 1 satuan kepemimpinan transformasional akan meningkatkan kepuasan kerja pegawai sebesar 0,158 satuan, bila variabel bebas lainnya dianggap konstan. Koefisien determinasi (r2) sebesar 0,019, hal ini menunjukkan bahwa kontribusi variabel kepemimpinan transformasional terhadap kepuasan kerja pegawai sebesar 1,9%.
2.       Untuk variabel pengawasan (X2)
Nilai koefisien regresi (b) untuk variabel pengawasan 0,092 dan bertanda positif, hal ini berarti bahwa setiap penambahan 1 satuan pengawasan akan meningkatkan kepuasan kerja pegawai sebesar 0,092 satuan, bila variabel bebas lainnya dianggap konstan. Koefisien determinasi (r2) sebesar 0,006, hal ini menunjukkan bahwa kontribusi variabel pengawasan terhadap kepuasan kerja pegawai sebesar 0,6%.
3.       Untuk variabel komunikasi (X3)
Nilai koefisien regresi (b) untuk variabel komunikasi 0,173 dan bertanda positif, hal ini berarti bahwa setiap penambahan 1 satuan komunikasi akan meningkatkan kepuasan kerja pegawai sebesar 0,173 satuan, bila variabel bebas lainnya dianggap konstan. Koefisien determinasi (r2) sebesar 0,023, hal ini menunjukkan bahwa kontribusi variabel komunikasi terhadap kepuasan kerja pegawai sebesar 2,3%.
Secara keseluruhan hasil penelitian ini menemukan bahwa kontribusi varibel bebas terhadap variabel terikat dengan menggunakan adjusted R Square, yaitu sebesar 0,158. Hal ini berarti kontribusi variabel kepemimpinan transformasional, pengawasan dan komunikasi terhadap kepuasan kerja pegawai adalah sebesar 15,8% dan sisanya 84,2%% dipengaruhi oleh variabel lain di luar variabel yang diteliti.


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1.       Dari hasil analisis statistik deskriptif terhadap kepemimpinan transformasional (X1), pengawasan (X2) dan komunikas (X3) diketahui bahwa seluruh indikator dari variabel-variabel tersebut sudah baik dan sesuai dengan yang diharapkan;
2.       Berdasarkan hasil analisis statistik inferensial dengan uji regresi linear berganda dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh secara simultan antara kepemimpinan transformasional (X1), pengawasan (X2) dan komunikasi (X3) dengan nilai kontribusi 15,8% dan sisanya 84,2% dipengaruhi oleh variabel lain di luar variabel bebas yang diteliti;
3.       Berdasarkan hasil analisis statistik inferensial dengan analisis regresi linear berganda, terdapat pengaruh antara varaibel kepemimpinan transformasional (X1), pengawasan (X2) dan komunikasi (X3) terhadap kepuasan kerja pegawai (Y) secara parsial. Nilai koefisien regresi variabel kepemimpinan tranformasional (X1) adalah sebesar 0,158; untuk varaibel pengawasan (X2) adalah sebesar 0,092; dan untuk variabel komunikasi (X3) adalah sebesar 0,173.
4.       Berdasarkan hasil analisis statistik inferensial dengan analisis regresi linear berganda, terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara variabel kepemimpinan transformasional (X1), pengawasan (X2) dan komunikasi (X3) terhadap kepuasan kerja pegawai (Y) dengan nilai kontribusi sebesar 15,8% dan sisanya 84,2% dipengaruhi oleh variabel lain di luar variabel bebas yang diteliti;
5.       Berdasarkan hasil analisis statistik inferensial dengan analisis regresi linear berganda, terdapat pengaruh antara variabel kepemimpinan transformasional (X1), pengawasan (X2) dan komunikasi (X3) terhadap kepuasan kerja pegawai (Y) secara parsial. Nilai koefiensi regresi untuk kepemimpinan transformasional (X1) adalah sebesar 0,019; pengawasan (X2) sebesar 0,006, dan komunikasi (X3) adalah sebesar 0,023.

Saran
1.       Mengingat dari hasil analisis inferensial dengan analisis regresi linear berganda pengaruh yang signifikan secara simultan antara variabel kepemimpinan transformasional (X1), pengawasan (X2) dan komunikasi (X3) terhadap kepuasan kerja pegawai (Y) hanya sebesar 15,8%, maka perlu dicari dan dikaji lebih lanjut pengaruh variabel lain sebesar 84,2% yang mempengaruhi kepuasan kerja pegawai;
2.       Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dari penelitian sebelumnya, oleh karenanya penelitian ini bisa diaplikasikan pada organisasi sejenis, sehingga dapat lebih menggambarkan variabel yang mempengaruhi kepuasan kerja pegawai.

DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian, Edisi Revisi, Penerbit Rineka Cipta, Bandung
Astuti, 2004, Analisis Kepuasan Perawat Instalasi Bedah Sentral RSUD Prof. dr. Margono Sukaryo, Tesis, Universitas Airlangga Surabaya
Handoko, T. Hani, 2004, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua, Penerbit Sinar Grafika Offset, Jakarta
Harsiwi Agung M., 2003, Hubungan Kepemimpinan Transformasional dan Karakteristik Personal Pemimpin, Artikel, Yogjakarta
Hasibuan, SP. Malayu, 2005, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi revisi, Bumi Aksara, Jakarta. 
Ida Ayu Brahmasari dan Agus Supryayetno, 2008, Pengaruh Motivasi Kerja, Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap Kepuasan Kerja Karyawan serta dampaknya pada Kinerja Perusahaan (Studi Kasus pada PT. PEI Hai International Wiratama Indonesia), Tesis, Universitas Diponegoro Semarang
Iis Torisa Utami, 2011, Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Terhadap Motivasi Kerja Karyawan pada PT Trade Servistama Indonesia – Tangerang, Universitas Budi Luhur, Jakarta
Jakaria, 2002, Analisis Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Penyuluh Keluarga Berencana dan Kabupaten Brebes, Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang
Luthans, Fred, 2006, Perilaku Organisasi, Andi, Yoyakarta.
Manullang, M. 2002, Manajemen Personalia, Esisi Kedua, BPFE UGM, Yogyakarta
Matis, Robert L., dan Jackson, John H.,  2001, Personnel : Contemporary Perspective and Applications, West Publishing Company, St. Paul, Minessota, USA
Muhammad Fauzan Baihaqi, 2010, Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja dan Keinerja Dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Intervening (Studi pada PT. Yudhistira Ghalia Indonesia Area Yogyakarta), Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Muslim, 2006, Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Politeknik Negeri Lhokseumawe, Tesis, Universitas Lhokseumawe, Banda Aceh
Purba, 2001, Analisis Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi, dan Komunikasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan (Studi Kasus pada Hotel Rosenda Baturaden), Tesis, Universitas Lhoksumawe, Aceh
Ranupandojo, Heidjrachman, 2010, Manajemen Personalia, Edisi Keempat, Cetakan Kesepuluh, Badan Penerbitan Fakultas Ekonomi (BPFE) UGM, Yogyakarta
Rivai, Veithzal, 2004, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Edisi Ketiga, Rajawali Press, Jakarta 
Robbins, Stephen P, 2003, Perilaku Organisasi, Edisi Kesepuluh, Indeks, Jakarta 
--------, 2006, Perilaku Organisasi : Keonsep, Kontroversi, dan Aplikasi, Alih Bahasa oleh Hadyana Pujaatmaka, Penerbit Prehalindo, Jakarta
Siagian, Sondang P., 2008, Kita Meningkatkan Produktivitas Kerja, Cetakan Pertama, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta
--------, 2007, Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta
Singarimbun, asri dan Effendi, Sofian, 2009, Metode Penelitian Survai, Penerbit LP3ES, Jakarta
Sudiro, 2009, Pengaruh Komitmen Keorganisasian dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Tenaga Edukatif / Dosen (Studi di Universitas Brawijaya Malang), Tesis, Universitas Brawijaya Malang
Sugiyono, 2006, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung
Thoha, Mitfah, 2003, Kepemimpinan Dalam Manajemen : Suatu Pendekatan Perilaku, Rajawali Press, Jakarta. 
Vitraman, 2006, Anisis Pengaruh Dimensi Kepemimpinan Transformasional dan Budaya Organisasi Terhadap Kualitas Pelayanan pada Kosti Solo, Tesis, Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah, Surakarta
Wahyuningrum, 2008, Hubungan Kemampuan, Kepuasan, dan Disiplin Kerja dengan Kinerja Pegawai di Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan, Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang
Yukl, A.G, 1998, Kepemimpinan Dalam Organisasi, Edisi Bahasa Indonesia, Penerbit Prenhallindo, Jakarta